“Uniknya” Janji Jokowi Atasi Banjir Jakarta
Banjir
 adalah salah satu permasalahan terpenting Kota Jakarta. Permasalahan 
ini juga terjadi di Solo. 2 kota yang dipimpin oleh Jokowi. Meski, 
sampai saat ini, kedua kota ini masih rawan bencana Banjir, tulisan ini 
sama sekali tak menghakimi Jokowi, meski sebaliknya, tidak dengan latah 
membela mati-matian Jokowi. 
Kami
 tak jadikan banjir sebagai bukti kesalahan pemimpin. Tak hanya Jokowi, 
melainkan juga para pemimpin2 daerah lainnya. Meski ketika DKI dipimpin 
oleh Foke, ketika banjir, semua kesalahan banyak ditimpakan kepada 
pimpinan Pemda terkait. Tetapi Alhamdulillah, mungkin kesadaran
 rakyat akan beratnya tugas pemimpin, rakyat DKI kini tak lagi dengan 
latah menyalahkan pihak pimpinan pemda. 
Meski
 demikian perlu diingat, kenapa rakyat DKI kasih dukungan penuh kepada 
Jokowi ketika Pilkada DKI tahun 2012, itu karena mereka sangat berharap,
 permasalahan banjir puluhan tahun, dapat teratasi secara baik dengan 
mereka memilih Jokowi sebagai Gubernur DKI. >> 
Apalagi
 menurut Jokowi, mengatasi banjir Jakarta dengan Anggaran Daerah sangat 
besar, maka permasalahan banjir akan mudah teratasi. Menurut Jokowi, 
untuk merampungkan semuanya Cuma memerlukan waktu TIGA tahun. Apalagi ia
 sudah mempunyai pengalaman mengatasi banjir di Solo.  
Ketika
 berbicara tentang penanganan banjir di Jakarta, ada yang unik (kalo 
tidak dikatakan sebagai hal yang janggal). Untuk mengatasi banjir di 
Jakarta, menurut Jokowi, perlu pendekatan yang sama dengan cara 
mengatasi banjir di Solo. Seakan2 permasalahan banjir di Solo sudah 
tertangani secara baek.
di waktu lainnya, Jokowi menyatakan bahwa titik banjir di Kota Solo dari 8 titik menjadi tinggal HANYA satu. Pak Jokowi mengatakan hal ini dimuat pada bulan September 2012. (tidak musim banjir)
dikatakan
 “unik”, karena sampai kini pun, permasalahan banjir di Kota Solo masih 
belum beres. Ketika bulan JANUARI 2012 banjir Solo tak hanya meliputi 
satu titik, tetapi meliputi banyak titik di Kota Solo. banjir ini adalah
 salah satu banjir terparah yang terjadi di Kota Solo.  Bahkan banjir di akhir pemerintahan Jokowi itu, merambah tempat2 yang sebelumnya daerah aman dari banjir. 
Jadi
 tak etis, jika di bulan September, ketika musim banjir sudah berlalu 
dari Solo, ia berkata seakan-akan Solo sudah bebas dari banjir, dengan 
mengklaim titik banjirnya berkurang sampai 1 titik, berkat 
kepemimpinannya. Bagi orang yang belajar ilmu politik, pernyataan ini 
jelas-jelas bertujuan hanya untuk memenangkan Pilkada DKI, kalo tidak 
dikatakan sebagai bentuk pembohongan publik. “Keunikan” kedua dari 
pernyataan/janji Jokowi adalah mencegah banjir Jakarta, dengan cara yang
 sama dengan apa yang telah “berhasil” ia lakukan ketika mencegah banjir
 di Solo. 
Entah
 apa maksudnya, tetapi bagi orang Solo dan sekitarnya, tak mungkin dapat
 membayangkan bagaimana mungkin menyamakan antara Solo dan Jakarta. 
Permasalahan banjir di Solo itu lebih mudah dipetakan (meski sulit 
dicegah), yaitu meluapnya sungai Bengawan Solo, dan dibukanya pintu air 
Waduk Gadjah Mungkur, untuk mencegah jebolnya waduk. Di sisi lain, 
aliran air kota Solo, dari barat ke timur (kea rah Bengawan Solo), 
sehingga aliran sungai2 tersebut meluap seiring meluapnya bengawan solo.
 Hal ini jelas sangat berbeda dengan yang ada di Jakarta, kota dengan 
luas 17 kali Kota Solo, dengan sebab banjir yang, saya kira, jauh lebih 
kompleks, daripada “sekedar” Solo.
Jika
 selama pemerintahan Pak Jokowi di Solo selama 7 tahun aja, tidak dapat 
menyelesaikan banjir di Solo, bagaimana mungkin selama 3 tahun ia mampu 
menyelesaikan permasalahan banjir di Kota Jakarta? Sekali lagi, kami tak
 menyalahkan Pak Jokowi ttg banjir Jakarta. Siapapun Gubernurnya, itu 
akan sangat sulit sekali, jika tidak dikatakan sebagai mission impossible. Jika sulit, lebih baik jangan katakan “itu mudah, dan akan beres cuman 3 tahun”. 
Alangkah
 baeknya, dukungan media yang berlimpah, dapat ia maksimalkan untuk 
benar-benar total membangun kota Jakarta sampai 2017 mendatang. Jika 
tidak sampai 3 tahun memimpin kota Jakarta, bagaimana mungkin ia dapat 
melihat kota Jakarta yang akan bebas banjir sesuai dengan janjinya 
ketika mencalonkan diri jadi Gubernur? Dan dengan dukungan media pula, 
jangan sampai serapan APBD hanya 55% lagi, dan tak perlu lagi tiap hari 
menyalurkan hobi blusukan, agar semua program yang direncanakan dapat 
berjalan dan tak tersendat di tengah jalan . ^_^ 
Comments
Post a Comment