Antara Angel Lelga, Najwa Shihab dan Partai politik.
Foto kreasi dari sumber yang jelas.
Antara Angel Lelga, Najwa Shihab dan Partai politik.
( Jawaban terhadap Tulisan “ Belajar Politik kepada Angel Lelga )
Mata Najwa dengan nara sumber Angel Lelga membuka
sebuah tabir kebodohan yang selama ini menyelimuti kehidupan Politik di
Negeri ini. Dari berbagai sumber media yang mengangkat perilaku Najwa
Shihab dalam membantai Angel Lelga sebagai salah seorang Caleg dari
Partai Persatuan Pembangunan mendapat berbagai pendapat dan komentar
yang akhirnya menjurus pada penghakiman terhadap para Caleg yang
dianggap tidak mempunyai kompetensi.
Kemudian
dikaitkan dengan Mutu Dewan Perwakilan Rakyat yang dianggap sangat
rendah gara-gara Partai Politik yang menempatkan wakil-wakilnya yang
dianggap kurang bermutu di Lembaga Legislatif. Benarkah demikian?
Lembaga
Legislatif itu sebenarnya hanya medan voting. Siapa pemilik suara
terbanyak, maka partai Politik itulah pemenangnya. Voting yang mendasari
setiap keputusan membawa Partai Politik menyusun strategi dalam
menyusun pencalonan kader sebagai anggota Legislatif.
Marilah
kita singkap sebuah kenyataan , partai kecil seperti Hanura dulu
mempunyai seorang Akbar Faisal ( sebelum hijrah ke Nasdem ) sementara
PPP mempunyai seorang Ahmad Yani dan PKS mempunyai seorang Fahri Hamzah.tiga tokoh
dari Partai Kecil di Komisi III yang tidak kalah dibanding dari GOLKAR,
maupun Demokrat, lepas dari rasa senang maupun tidak senang.
Kalau
kemudian kita sering dihadapkan pada satu kenyataan adanya sebagian
besar dari anggota Dewan yang nyaris terhormat yang jauh dari ktriteria
bermutu, itu bukan tidak disengaja. Hampir dipastikan apa yang dilakukan Partai Politik dalam menjaring calon Legislatif dibagi kurang lebih dibagai dalam tiga katagori.
Katagori satu adalah pencalonan kader utama Partai Politik dengan komposisi
kurang lebih 30 % biasanya diisi para pengurus Pusat dan kalangan
akademisi. Katagori kedua dengan komposisi sekitar 30% sampai 40 % akan
dimasukkan tokoh-tokoh masyarakat dan kalangan artis dengan harapan
dapat mendulang suara, tak peduli apakah calon mereka akan mampu
berargumentasi di DPR, yang penting adalah kesetiaan mereka terhadap
keputusan Partai dan mampu menunjukkan jari saat Voting.Katagori ketiga
dengan jumlah antara 30 % sampai 40 % pula akan
diisi kalangan pengusaha dan mereka yang menjadi Anggota Dewan hanya
untuk mengejar harga diri yang siap menjadi donatur Partai.
Pencalonan
Angel Elga dan banyak artis sebagai Caleg di hampir semua Partai
Politik bukannya tidak diperhitungkan masak-masak oleh Partai Politik.
Apa lagi untuk memenuhi persyaratan 30 % Caleg Partai Politik adalah
Perempuan, mendorong Partai Politik untuk berebut artis yang dianggap
dapat mendulang suara selain sebagai pelengkap persyaratan 30 %
perempuan.
Itulah
mengapa hampir semua Partai Politik tidak menghendaki dan tidak
melakukan Fit and Proper Test secara terbuka bagi calon-calon Legislatif
yang diusung.
Mengapa Najwa Shihab memilih Angel Lelga menjadi salah satu sasarannya?
1. Karena
Angel Lelga mewakili artis yang bergabung dalam Partai Politik berlabel
Partai Islam.dengan latar belakang kehidupan artis yang jauh dari
nilai-nilai Islam.
2. Karena
Najwa Shihab sudah begitu yakin bahwa kemampuan akademis Angel Lelga
jauh dari cukup untuk direpresentasikan sebagai seorang wakil rakyat.
3. Menjauhkan para pemilih rasional dari Partai Politik yang mengusung nama Islam.
Apa artinya seorang Angel Lelga untuk dijatuhkan namanya ? Tujuan Najwa pasti bukan hanya seorang Angel Lelga.
Kembali
pada komposisi Caleg yang diusung Partai Politik, sengaja penulis
paparkan disini untuk membuka wawasan sebagian besar komentator tulisan “
Belajar Politik Pada Angel Lelga “ yang ternyata banyak yang masih awam
terhadap pola pikir sebuah Partai Politik..
Dari
560 kursi yang ada di Senayan ternyata hanya tidak lebih dari 200 kursi
yang dimanfaatkan oleh Partai-Partai Politik untuk menempatkan
orang-orang terbaiknya. Selebihnya akan ditempatkan orang yang mampu
mendulang suara dan cukup setia pada Partai kemudian mengacungkan tangan
saat dilakukan voting.
Maka
jangan heran kalau banjyak kursi kosong pada saat sidang paripurna dan
kemudian kursi hanya terisi saat dilakukan voting. Itulah juga mengapa
saat sidang komisi hanya didominasi oleh satu atau dua orang yang
mewakili masing-masing Fraksi sedangkan anggota komisi lainnya hanya
menjadi pendengar dan mengacungkan tangannya saat dilakukan voting untuk
menentukan satu keputusan dalam sidang Komisi.
Ternyata
jumlah anggota Dewan dengan kemampuan akademis dan kematangan empiris
yang sangat terbatas seperti Angel Lelga, jumlahnya dua kali lipat
dibanding dengan Anggota Dewan yang sekelas dengan Ahmad Yani, Akbar Faisal, Maruarar Sirait maupun Sutan Batoegana.
Comments
Post a Comment