Jangan Mencela Cabe-cabean & Terong-terongan
ilustrasi cabe-cabean
Tapi, sebaiknya kita enggak mencibir cabe-cabean atau terong-terongan ini. Menurut Psikolog Adriani Purbo, masyarakat tidak bisa hanya mencibir dan membiarkan fenomena ini terus berlanjut, tetapi harus ikut memperbaikinya. Sebab, cabe-cabean dan terong-terongan membuat kesan anak muda Indonesia murahan dan bergaul sangat bebas.
"Tidak cukup hanya mencibir, seharusnya kita menunjukkan sikap bahwa kita tidak setuju dengan fenomena seperti itu. Kita harus ada menindaklanjutinya dengan mencari solusi," ujar Adriani, ketika dihubungi Okezone, Jumat (27/12/2013).
Pendekatan ke ABG cabe-cabean dan terong-terongan itu pun, imbuh Adriani, tidak boleh kasar; tetapi harus menyenangkan dan mendidik. Generasi penerus bangsa ini harus diarahkan ke hal-hal yang positif.
Caranya, ujar psikolog lulusan Universitas Indonesia (UI) ini, bisa dengan memulai penanaman nilai-nilai agama dan perilaku baik di tingkat keluarga. Benteng norma ini sangat penting bagi seorang anak. Kemudian, pendidikan sosial juga penting dilakukan di lingkungan tempat tinggal.
"Kita harus mengarahkan agar anak-anak tidak terjerumus ke arah cabe-cabean dan terong-terongan. Jika anak-anak aktif dengan berbagai kegiatan positif, maka dia enggak punya waktu lagi yang terbuang percuma," imbuhnya. (rfa)
Mengarahkan anak muda kepada kegiatan positif dapat menjadi
salah satu cara menekan fenomena cabe-cabean dan terong-terongan.
(Ilustrasi: dok. Okezone)
JAKARTA - Fenomena pergaulan anak muda yang
berlebihan dan menjurus ke hal-hal seksual melahirkan istilah
cabe-cabean dan terong-terongan. Perilaku anak baru gede (ABG) yang
lekat dengan kedua istilah itu pun membuat gerah masyarakat. Tidak
heran, masyarakat kerap mencibir keberadaan mereka. Tapi, sebaiknya kita enggak mencibir cabe-cabean atau terong-terongan ini. Menurut Psikolog Adriani Purbo, masyarakat tidak bisa hanya mencibir dan membiarkan fenomena ini terus berlanjut, tetapi harus ikut memperbaikinya. Sebab, cabe-cabean dan terong-terongan membuat kesan anak muda Indonesia murahan dan bergaul sangat bebas.
"Tidak cukup hanya mencibir, seharusnya kita menunjukkan sikap bahwa kita tidak setuju dengan fenomena seperti itu. Kita harus ada menindaklanjutinya dengan mencari solusi," ujar Adriani, ketika dihubungi Okezone, Jumat (27/12/2013).
Pendekatan ke ABG cabe-cabean dan terong-terongan itu pun, imbuh Adriani, tidak boleh kasar; tetapi harus menyenangkan dan mendidik. Generasi penerus bangsa ini harus diarahkan ke hal-hal yang positif.
Caranya, ujar psikolog lulusan Universitas Indonesia (UI) ini, bisa dengan memulai penanaman nilai-nilai agama dan perilaku baik di tingkat keluarga. Benteng norma ini sangat penting bagi seorang anak. Kemudian, pendidikan sosial juga penting dilakukan di lingkungan tempat tinggal.
"Kita harus mengarahkan agar anak-anak tidak terjerumus ke arah cabe-cabean dan terong-terongan. Jika anak-anak aktif dengan berbagai kegiatan positif, maka dia enggak punya waktu lagi yang terbuang percuma," imbuhnya. (rfa)
Comments
Post a Comment